Volume Molar Parsial
Volume
molar parsial merupakan kontribusi volume setiap komponen terhadap volume total
suatu larutan. Volume molar parsial suatu larutan adalah penambahan volume yang
terjadi bila 1 mol komponen yang ditambahkan pada larutan. Volume molar parsial
di dalam komponen berupa suatu campuran, maka dapat berubah jika komponennya
berada di lingkungannya. Volume total sangat bergantung pada komposisi pelarut
dan zat terlarut titik didih proses kelarutan maka akan tersolvasi dalam
pelarut sehingga molekul zat terlarut akan dikelilingi oleh molekul-molekul
pelarut. Banyaknya molekul pelarut yang mengelilingi zat terlarut bergantung
pada jenis zat terlarut dan pelarut yang menyebabkan zat terlarut membutuhkan
volume tertentu volume molar parsial adalah grafik volume total, ketika jumlah
x berubah sedangkan tekanan temperatur dan jumlah komponen lain tetap. Definisi
ini menunjukkan bahwa ketika komposisi campuran berubah besar maka volume total
campuran berubah besar pula (Rohyami, 2018).
Apabila suatu volume yang besar
dari air murni ditambahkan 1 mol H₂O, maka volumenya bertambah 18 cm³ dan kita
dapat mengatakan bahwa 18 cm mol adalah volume molar air murni. Walaupun
mengatakan demikian, jika kita menambahkan I mol H2O ke dalam etanol murni yang
volumenya besar, maka pertambahan volume hanya 14 cm. alasan dari perbedaan
kenaikan volume ini adalah volume yang ditempati oleh sejumlah tertentu molekul
air bergantung pada molekul-molekul yang mengelilinginya. Begitu banyak etanol
yang ada sehingga setiap molekul H₂O dikelilingi oleh etanol murni, kumpulan
molekul-molekul itu menyebabkan etanol hanya menempati ruang sebesar 14 cm.
kuantitas 14 cm mol' adalah volume molar parsial air dalam etanol murni, yaitu
volume campuran yang dapat dianggap berasal dari suatu komponen (Atkins, 1999).
Menurut Rohyami, (2018), Secara matematik, volume molar parsial didefinisikan sebagai:
Dimana V adalah volume molar parsial
dari komponen ke-4. Secara fisik V berarti kenaikan dalam besaran termodinamik
V yang diamati bila satu mol senyawa i ditambahkan ke suatu sistem yang besar,
sehingga komposisinya tetap konstan.
Faktor Faktor yang mempengaruhi
perubahan volume molar parsial adalah Konsentrasi berdasarkan densitas
dimana hubungannya adalah volume molar
parsial berbanding lurus dengan massa molar dan berbanding terbalik dengan
densitas (massa jenis). Selain itu, dipengaruhi oleh adanya perbedaan antara
gaya intermolekular pada larutan dan pada komponen murni penyusun larutan
tersebut, dan adanya perbedaan antara bentuk dan ukuran molekul suatu larutan
dan pada komponen murni penyusun larutan tersebut. Ada tiga sifat termodinamik
molal parsial utama, yakni: (i) volume molal parsial dari komponen-komponen
dalam larutan (juga disebut sebagai panas differensial larutan), (ii) entalpi
molal parsial, dan (iii) energi bebas molal parsial (potensial kimia).
Sifat-sifat ini dapat ditentukan dengan bantuan (i) metode grafik, (ii)
menggunakan hubungan analitik yang menunjukkan V dan ni, dan (iii) menggunakan
suatu fungsi yang disebut besaran molal nyata (Parmar dan Banyal, 2009).
Dalam termodinamika ada dua tipe
perubahan yaitu variabel intensif dan perubahan ekstensif fisik perubahan
ekstensif yaitu perubahan yang bergantung pada jumlah fase contohnya adalah
volume (V), entropi (S) dan entalpi (H). sedangkan perubahan intensif adalah
perubahan yang tidak bergantung pada jumlah fase contohnya adalah tekanan (P)
dan suhu (T). Di dalam perhitungan termodinamika pencarian nilai moral atau
molaritas sangat dibutuhkan untuk mencari kuantitas dan lainnya di mana untuk
mencari molaritas dapat kita lakukan dengan membagi nilai mol zat pelarut
dengan massa pelarut di mana molar atau molaritas didefinisikan sebagai jumlah
mol solut per kilogram (kg) solvent (Budihardjo et al., 2017).
Massa jenis suatu zat dapat
ditentukan dengan berbagai alat salah satunya adalah dengan menggunakan
piknometer. Piknometer adalah suatu alat yang terbuat dari kaca. Prinsip kerja
dari piknometer adalah perbandingan massa contoh tanpa udara pada suhu dan
volume tertentu dengan massa air pada suhu dan volume yang sama. Massa jenis
adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis
suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa rata-rata
setiap benda merupakan total massa dibagi dengan volumenya. Analisis densitas
menggunakan piknometer dengan prinsip penentuan fluida titik pada piknometer
yang telah berisi fluida ditimbang dan selisih dari penimbangan tersebut
dibandingkan dengan volume piknometer. Nilai densitas dari larutan katalis asam
maupun basa memiliki nilai yang seragam yaitu ±0,8 gr/mL. Densitas konstan
tidak mengalami perubahan. Densitas suatu zat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan
yang dialami zat tersebut (Asidu et al., 2017).
Prinsip pada penentuan volume molar parsial larutan NaCl dalam berbagai konsentrasi yang dilakukan dengan cara mengukur berat jenis larutan NaCl menggunakan piknometer. Percobaan menggunakan variasi konsentrasi dari larutan NaCl. NaCI digunakan sebagai bahan zat terlarut dikarenakan NaCl merupakan eletrolit kuat yang dapat terurai menjadi ion Na dan Cl di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu. Penentuan volume molal larutan NaCl dapat diketahui dengan mengukur berat jenis dari larutan NaCl.
Pengukuran masa jenis bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi dengan volum molal parsial. Pada
percobaan ini, temperatur dari setiap larutan NaCl diukur. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui do (berat jenis air pada berbagai temperatur). Pada setiap
temperatur yang berbeda maka nilai dari do berbeda. Berdasarkan data yang telah
diperoleh diketahui bahwa apabila semakin tinggi konsentrasi dari larutan NaCl,
maka akan semakin besar pula nilai densitasnya. Hal ini disebabkan oleh karena
semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka akan semakin banyak jumlah
partikel dalam larutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi harusnya semakin
tinggi pula suhu yang terjadi. Pertambahan molekul, menyebabkan pertambahan
kemungkinan terjadinya tumbukan. Ketika tumbukan terjadi, maka hal tersebut
menghasilkan energi panas. Sehingga, suhu larutan dapat meningkat seiring
dengan penambahan konsentrasi
(Driesner, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Atkins,
P.W. 1999. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Asidu,
L. O. A. D., M. Hasbi dan P. Aksar. 2017. “Pemanfaatan Minyak Oli Bekas Sebagai
Sumber Bahan Bakar Alternatif dengan Pencampuran Minyak Pirolisis”. Jurnal
Mahasiswa Teknik Mesin. Vol. 2(2): 1-6.
Budihardjo,
R., P. R. Sarjono dan M. Asyari. 2017. “Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap
Aktivitas Spesifik Protease Ekstra Selulos dan Pertumbuhan Bakteri Hidrofilik
Isolat Better Tembak Garam Madura.” Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. Vol.
(20)3: 142-145.
Parmar,
M. L . Dan D. S. Banyal. 2009. “Effect of temperature on the partial molar
volumes of some bivalent transition metal nitrates and magnesium nitrate in the
water-rich region of binary aqueous mixtures of dimethyl acetamide”. Indian
Journal of Chemistry. Vol. 48 (1) : 1667-1672.
Rohyami,
Y. 2018. Kimia Fisik. Yogyakarta: Deepublish.
Driesner, T. 2007. “The System H2o–Nacl. Part Ii: Correlations For Molar
Volume, Enthalpy, And Isobaric Heat Capacityfrom 0 To 1000 C, 1 To 5000 Bar,
And 0 To 1 XNacl”. Geochimica et Cosmochimica Acta. VOL. 71 (1) : 4902–4919.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar