KONSENTRASI KRITIS MISEL (KKM) DAN ENTALPI (ΔHo) DARI GELATIN PADA BERBAGAI SUHU
Dalam suatu sistem biner (surfaktan-air), surfaktan dapat membentuk struktur tertentu bergantung pada konsentrasinya. Surfaktan (Surface Active Agents) merupakan senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air dan berperan sebagai senyawa pengarah struktur dalam bentuk misel, dimana bukan molekul tunggal. Misel adalah struktur molekul surfaktan amfilik netral ataupun ionic merukuran kecil (10-100 nm). Misel dapat dibentuk dalam larutan air dengan cara merakit sendiri, didorong oleh interaksi yang menaraik antara bagian hidrofilik surfaktan dan molekul air. Dengan meningkatnya konsentrasi larutan molekul-molekul surfaktan saling manata diri membentuk suatu agregaf. Konsentrasi awal dimana molekul tunggal mengalami agregasi membentuk misel isotropik disebut konsentrasi kritis misel (KKM). Misel-misel tersebut dapat berupa kristal cair karena dapat mengalir seperti cairan, akan tetapi Kristal tersebut memiliki volumenya dalam fungsi keteraturan struktur layaknya Kristal ( Trisanaryanti, 2018).
Pada ujung
hidrofobik surfaktan merupakan satu rantai atau lebih hidrokarbon yang
mengandung 12 atom karbon atau lebih. Molekul-molekul dan ion-ion yang
diadsorbsi pada antar muka inilah yang dinamakan surface aktive agent atau
surfaktan. Surfaktan disebut juga sebagai amfifil karena molekul atau ionnya
yang mempunyai affinitas tertentu terhadap pelarut polar maupun non polar. Hal
ini tergantung pada jumlah dan sifat dari gugus-gugus polar dan non polar
tersebut. Amfifil dapat bersifat hidrofilik (suka air), lipofilik (suka minyak)
atau bersifat seimbang di antara dua sifat ekstrim (Sudiarti, 2014).
Gelatin
berasal dari bahasa latin, gelato yang menggambarkan sifat khas ‘’pembentukan
gel dalam air’’. Gelatin secara alami tidak ada, tetapi berasal dari protein kolagen
melalui hidrolisis pada struktur sekunder dan struktur yang lebih kompleks dari
rantai polipeptida protein kolagen. Gelatin memiliki gugus yang bermuatan oleh
bagian tertentu dari rangkaian kolagen mengandung asam amino hidrofilik dan
hidrofobik. Bagian hidrofobik dan hidrofilik dapat berubah (berpindah) di
permukaan sehingga dapat mengurangi tegangan muka larutan. Pada saat yang sama
gelatin memiliki beberapa sifat melindungi stabilitas permukaan yang dibentuk. Ketika
molekul-molekul gelatin dipanaskan dapat mengembang sehingga terbentuk gel.
Pembentukan gel (gelasi) merupakan suatu fenomena penggabungan atau pengikatan
silang rantai-rantai polimer membentuk jalinan tiga dimensi yang kontinyu,
sehingga dapat menangkap air di dalamnya menjadi struktur yang kompak dan kaku,
yang tahan terhadap aliran di bawah tekanan (Pertiwi et al., 2018).
Air memiliki tegangan permukaan yang
tinggi, tetapi ketika surfaktan dilarutkan ke dalam air maka tegangan perumkaan
dari larutan itu akan turun sampai tercapainya suatu konsentrasi. Konsentrasi
dimana tegangan permukaan turun disebut konsentrasi kritis misel. Konsentrasi
kritis misel (kkm) dapat ditentukan dari ketika sejumlah kecil dari surfakatan
ditambahkan ke dalam air , ion-ion surfaktan atau molekul-molekul pada
surfaktan terorientasi pada gugus hidrofil ke dalam air dan gugus hidrofob
(menjauhi air). Surfaktan dapat dilarutkan dalam minyak maka gugus hidrofob
akan ikut dengan minyak dan gugus hidrofil mejauhi minyak. Larutan menjadi
jenuh dalam keadaan normal, tetapi pada kebanyakan surfakta, apabila dilarutkan
pada cairan maka akan membentuk misel (Yazid, 2005).
Konsentrasi kritis misel merupakan konsentrasi yang optimum dari penggunaan surfaktan atau disebut dengan agen aktif permukaan yang mengandung kedua gugus hidrofobik (rantai hidrokarbon) dan gugus hidrofolik (polar) dalam molekul surfaktan yang sama. Dalam larutan berair molekul surfaktan mulai berkumpul dan membentuk misel dalam konsentrasi yang disebut sebagai konsentrasi misel kritis. Gugus aromatik dalam gugus hidrokarbon akan memperbesar nilai konsentrasi misel kritis dan juga memperbesar kelarutannya. Adanya garam menurunkan nilai konsentrasi misel kritis surfaktan ion. Penurunan konsentrasi misel kritis hanya bergantung pada konsentrasi ion lawa yaitu makin besar konsentrasinya maka makin turun konsentrasi misel kritisnya. Untuk menetapkan nilai konsentrasi kritis misel dapat dilakukan dengan mengukur tegangan permukaan atau tegangan antar muka larutan surfaktan sebagai fungsi dari konsentrasi (Vishnyakov et al., 2013).
Setelah melewati titik KMK, agregat
misel yang terbentuk akan semakin banyak karena surfaktan sudah tidak bisa
menurunkan tegangan permukaan sehingga surfaktan tersebut akan berinteraksi
satu sama lain antara ekor dengan ekor dan membentuk misel. Misel yang semakin
banyak ini kemudian akan berinteraksi juga dengan lebih banyak molekul zat
aktif farmasi dan dengan demikian akan semakin banyak zat aktif farmasi yang
akan larut dalam pelarut, dibuktikan dengan hasil kedua penelitian diatas
dimana setelah titik KMK kelarutan zat aktif farmasi akan semakin tinggi (Ramadhan
et al., 2022).
Semakin tinggi konsentrasi surfaktan
menyebabkan tegangan antar muka makin rendah sampai mencapai suhu konsentrasi
dimana tegangan antar muka konstan. Pada konsentrasi yang sangat rendah molekul
bergerak bebas dan dapat berjajar datar diatas permukaan, dengan meningkatnya
konsentrasi maka molekul juga meningkat, reaksi berlangsung secara spontan (Vishnyakov et al., 2013).
Penentuan nilai konsentrasi misel kritis
juga dapat digunakan metode tegangan permukaan dengan alat Du Nouy termometer
dimana prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan
cincin yang tercelup pada permukaan atau antar permukaan. Metode ini didasarkan
bahwa tegangan permukaan dari larutan sufraktan akan turun secara cepat dengan meningkatnya
konsentrasi pada titik CMC, dari titik CMC ini sampai peningkatan konsentrasi
selanjutnya maka tegangan permukaan tidak akan turun lagi (Wahyuni et al.,
2014).
DAFTAR
PUSTAKA
Pertiwi, M., Y. Atma.,
A.Z.A. Mustofa dan R.Maisaroh. 2018. ‘’Karakteristik Fisik dan Kimia Geltin
dari Tulang Ikan Patin dengan Pre-Treatment Asam Nitrat’’. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 7 (2) : 83-91.
Ramadhan, M. R., R.
Ariyani dan G. C. E. Darma. 2022. “Kajian Pustaka: Penentuan Nilai Konsentrasi
Misel Kritis (KMK) Surfaktan serta Pengaruhnya terhadap Kelarutan Zat Aktif
Farmasi”. Bandung Conference Series:
Pharmacy. Vol. 2 (2) : 183 – 189.
Sudiarti, T. 2014.
“Tegangan permukaan Inhibitor Korosi baja Karbon Dalam Lingkungan Air
Sadah”. Jurnal Sains Dasar.
Vol. 3(2): 118-123.
Trisunaryanti, W. 2018.
Material Katalis dan Karakternya.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Vishnyakov, A., M.T.
Lee, dan A.V. Neimark. 2013. ‘’Prediction Of The Critical Micelle Concentration
Of Nonionic Surfactans by Dissipative Particle Dynamics Simulation’’. Journal of Physical Chemistry Letters.
Vol. 4 (2) : 797-802.
Wahyuni, R., A. Halim,
dan R. Trifarmila. 2014. ‘’ Uji Pengaruh Surfaktan Tween 80 dan Span 80
Terhadap Solubilisasi Dekstrometorfan Hidrobromida’’. Jurnal Farmasi Higea. Vol. 6(1) : 1-10.
Yazid, Eistein.
2005. Kimia Fisika Untuk Paramedic. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar