PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
I. TINJAUAN PUSTAKA
Garam
merupakan hasil dari reaksi netralisasi antara asam dan basa. Garam terdiri
dari kation dan anion, dimana kation dan anion tersebut merupakan ion kompleks
sehingga dapat membentuk senyawa kompleks. Garam-garam yang mengandung ion-ion
kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Garam kompleks
berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap terbentuk dari dua garam yang
mengkristal secara bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu.
Garam-garam ini memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan
struktur garam komponennya. Dalam bentuk larutan garam rangkap ini merupakan
campuran berupa ion sederhana yang akan mengion bila dilarutkan lagi. Kation
dari garam rangkap pada umumnya terdiri dari kation logam transisi yang
bergabung dengan kation logam alkali atau ion amonium. Senyawa koordinasi dapat
diartikan sebagai senyawa yang mengandung ion ataupun molekul kompleks, maka
dari itu senyawa koordinasi memiliki ion atau molekul kompleks. Senyawa koordinasi
yang juga disebut dengan senyawa kompleks, kata senyawa yang dimaksud dalam
senyawa koordinasi atau senyawa kompleks tidak lain adalah berupa garam.
(Sumardjo, 2008).
Jika
suatu kompleks dilarutkan maka akan terjadi pengionan atau disosiasi, sehingga
akhirnya terbentuk kesetimbangan antara kompleks yang tersisa (tidak
bersosiasi). Suatu zat cair jika didinginkan akan terjadi gerakan translasi
molekul-molekul menjadi lebih kecil dan gaya tarik molekul-molekul makin besar,
sehingga kristal molekul mempunyai kedudukan tertentu dalam kristal. Panas yang
terbentuk pada kristalisasi disebut panas pengkristalan, dimana selama
pengkristalan terjadi kesetimbangan dan akan turun lagi saat pengkristalan
selesai. Proses pembentukan dari garam lengkap terjadi apabila dua garam
memiliki struktur tersendiri dan garam mengkristal bersama-sama dengan
perbandingan molekul tertentu. Garam rangkap memiliki struktur molekul lebih
panjang dibandingkan dengan struktur garam kompleks, dimana dalam larutan garam
rangkap merupakan campuran dari ion sederhana yang mengion bila dilarutkan
lagi. Berbeda halnya dengan garam kompleks yang menghasilkan ion kompleks
apabila dalam bentuk larutan (Harefa, 2019).
Pemurnian suatu senyawa dapat dilakukan dengan metode kristalisasi, seperti larutan seng sulfat (ZnSO4) yang akan dimurnikan dipekatkan di bawah titik didih dan larutan, kemudian dipekatkan lebih lanjut pada suatu titik kejenuhan pada suhu yang lebih rendah dalam penangas air sampai tercapai suatu titik kejenuhan dari seng sulfat. Selanjutnya larutan jenuh seng sulfat ini dikristalisasi dengan penguapan pada suhu kamar, dimana hasil akhir berbentuk bubur yang akan dipisahkan untuk menghasilkan seng sulfat murni. Kemudian dilakukan penyaringan dan dikeringkan sehingga didapatkan seng sulfat heptahidrat murni yang nantinya pola kristal akan dianalisis menggunakan alat instrumen (Li et al., 2019).
Garam
merupakan salah satu contoh zat padat Kristal, garam dapat terbentuk dari
proses kristalisasi pada larutan campuran. Garam terbentuk dari satu anion dan
satu kation disebut garam tunggal. suatu senyawa dapat dikatakan sebagai garam
kompleks jika mengandung ion kompleks di dalamnya, sedangkan garam rangkap jika
mengandung lebih dari satu jenis ion logam positif dan/atau negatif dalam rumus
molekulnya. Perbedaan antara garam rangkap dengan garam kompleks yaitu Garam
rangkap terdiri dari dua atau lebih ion yang berbeda, sedangkan garam kompleks
terbentuk dari ion logam dan ligan yang membentuk kompleks koordinasi. Garam
rangkap umumnya lebih mudah larut dalam air daripada garam kompleks. Selain
itu, garam kompleks sudah pasti senyawa koordinasi sedangkan garam rangkap
belum tentu senyawa koordinasi.
4.2
Pembuatan Tawas
Tabel 1. Hasil Pembuatan Tawas
Perlakuan |
Hasil |
Ditimbang 33,4 gr Al2(SO4)3.16H2O dan dilarutkan dalam 50 mL aquades Ditimbang 8,7 gr K2SO4 dan dilarutkan dalam 50 mL aquades Dicampurkan larutan Al2(SO4)3.16H2O dan larutan K2SO4 ke dalam cawan penguap Didinginkan pada suhu kamar Ditimbang kertas saring Disaring dengan pompa vakum dan dicuci dengan air Ditimbang kertas saring dan Kristal |
Larutan berwarna putih keruh dan larut
Larutan tak berwarna dan larut Berat kertas saring 1,16 gr Kristal tawas kering Berat tawas = (berat total – berat kertas saring) = 20,99 gr |
Pada percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara pembuatan tawas dan pembuatan garam rangkap kupri amoniuum sulfat dan garam kompleks tetraamintembaga (II) sulfat monohidrat serta sifat-sifat dar garam rangkap dan garam kompleks. Pada tahap pertama yaitu pembuatan tawas, senyawa yang digunakan yaitu Al2(SO4)3.16H2O dan K2SO4 dimana masing-masing senyawa dilarutkan dalam akuades. Fungsi dicampurkan aquades untuk melarutkan kristal dari kedua bahan utama tersebut sehingga apabila dalam larutan berair akan terdisosiasi menjadi ion ion penyusunnya.
Metode
yang digunakan dalam pembuatan garam tawa yaitu dengan teknik Kristalisasi dan
rekristalisasi. Teknik kristalisasi adalah proses pembentukan kristal dari suatu
senyawa atau bahan kimia melalui pengendapan atau pengurangan pelarut yang
jenuh, sehingga terbentuk padatan kristal yang murni. Proses ini umumnya
melibatkan pelarut yang digunakan untuk melarutkan bahan kimia atau senyawa,
lalu melalui beberapa tahap pengendapan dan pengurangan pelarut, padatan
kristal terbentuk. Sedangkan rekristalisasi yaitu pengkristalan kembali dari
suatu senyawa atau bahan kimia yang sudah terkristalisasi sebelumnya. Tujuan
dari rekristalisasi adalah untuk memperbaiki kualitas kristal yang dihasilkan
dan memurnikan senyawa atau bahan kimia lebih lanjut. Fungsi pemanasan pada
metode ini berfungsi untuk pembentukan inti kristal sedangkan proses
pendinginan untuk pertumbuhan laju kristal (Ajibulu et al., 2022).
Al2(SO4)3.16H2O saat dilarutkan dengan akuades membentuk larutan keruh tak berwarna dan larut dalam akuades. Al2(SO4)3.16H2O ketika bereaksi dengan akuades membentuk suatu ion komples [AlCH2O6]3+ hal ini disebabkan oleh kerapatan muatan aluminium (Al3+) menyebabkan di dalam larutannya mempu menarik molekul air dan membentuk ion kompleks tersebut. Dalam larutan, ion [AlCH2O6]3+ berada dalam kesetimbangan karena mengalami hidrolisis dan bersifat asam. Sedangkan pada saat K2SO4 dilarutkan dalam akuades, larutan sukar larut sehingga perlu pemanasan aga kristal dapat larut dan mempercepat laju reaksi karna tumbukan antar partikel semakin cepat sehingga laju reaksi juga semakin cepat. Proses pelarutan menghasilkan suatu basa yaitu KOH yang apabila ditambahkan ke dalam ion aluminium akan menghasilkan suatu endapan putih pada larutan.
Kemudian kedua larutaan tersebut dicampur, pencampuran menghasilkan larutan berwarna putih keruh dan terdapat endapan putih yang mana berasal akibat adanya basa saat K2SO4 bereaksi dengan akuades. Pada pembuatan garam tawas tidak perlu dilakukan pada ice bath karena pada suhu kamar (25-30°C) campuran tersebut dapat bereaksi dan terbentuk garam tawas dalam bentuk kristal. Dalam proses ini, suhu yang diperlukan untuk mencapai reaksi yang optimal sudah cukup tinggi sehingga tidak perlu lagi menggunakan ice bath untuk menjaga suhu reaksi. Pada saat pembuatan garam tawas, kristal garam yang terbentuk memiliki sifat yang sangat mudah larut dalam air, dan penurunan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan kristal garam terlarut kembali dalam air dan menghasilkan kristal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, suhu yang terlalu dingin tidak dianjurkan dalam pembuatan garam tawas. Adapun reaksi pembuatan tawas pada percobaan ini yaitu :
Kristal
yang terbentuk berwarna putih dengan ukuran kristal besar seperti garam dapur.
Rendemen kristal yang terbentuk yaitu 100%, semakin mendekati 100% maka kristal
yang terbentuk semakin murni garam tersebut. Garam tawas yang dihasilkan pada
percobaan sebesar 44,25% dimana hasil menunjukkan kurang murni. Faktor faktor
yang mempengaruhi rendemen kristal tawas yaitu Kualitas bahan baku dimana tawas
yang lebih murni dan memiliki kandungan aluminium sulfat yang lebih tinggi
cenderung menghasilkan rendemen kristal yang lebih tinggi, konsentrasi pelarut,
pendinginan dan waktu pendinginan pada suhu ruang, kecepatan pengadukan dan
durasi pengeringan.
Tawas memiliki beragam jenis seperti tawas kalium, tawas soda, tawas amonium, tawas aluminium dan tawas selenit. Fungsi tawas dalam kehidupan sehari hari yaitu sebagai deodorant untuk menghilangkan bau ketiak, sebagai pengawet, sebagai antijamur dan sebagai koagulan dalam penjernihan air. Menurut Febrina dan Zilda, (2019), Tawas memiliki kemampuan ini karena memiliki sifat yang menarik partikel-partikel padat, seperti tanah, kotoran, dan bakteri, ke permukaannya. Oleh karena itu, tawas biasa digunakan untuk koagulan dalam proses penjernihan air. Setelah tawas ditambahkan ke air, ia akan bereaksi dengan partikel-partikel padat tersebut dan membentuk gumpalan-gumpalan besar yang disebut flok. Flok-flok ini kemudian akan mengendap ke dasar wadah penyimpanan air, sehingga air di atasnya menjadi lebih jernih dan bebas dari partikel-partikel padat yang tidak diinginkan.
4.2 Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat CuSO4(NH4)2(SO4).6H2O
Tabel 2. Hasil Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat
Perlakuan |
Hasil |
Di timbang 4,98 gr CuSO4 - 5H20 dan di larutkan dalam 10ml aqudes Di timbang 2,64 gr (NH3)² SO4 dan di larutkan dalam 10 ml aquades Dicampurkan larutan CuSO4 dengan larutan (NH3)² SO4 Ditutup dengan plastik wrap dan di diamkan icebath selama 1 jam Didekantir fitrat dari endapan Ditimbang kertas saring Disaring menggunakan pompa vakum Ditimbang kristal dengan kertas saring Di hitung berat garam CuSO4 (NH3)²(SO4) 6H2O |
Larutan berwarna biru pucat Larutan jernih ( tidah berwarna) Larutan berwarna biru tua pekat larutan homogen larutan berwarna biru pucat Larutan berwarna biru pucat (filtrat) dan terbentuk endapan biru pucat Filtrat terpisah dengan endapan Berat kertas saring : 1,20 gr Kristal kering berwarna biru pucat Berat total 9,04 gr Berat garam ( berat total - berat kertas saring) = 7,84 gr |
Dalam percobaan ini, CuSO4.5H2O bertindak sebagai penyedia atom pusat sedangkan (NH4)2(SO4) bertindak sebagai penyedia ligan. Fungsi penambahan akuades bertindak untuk mengompleks Cu2+. Selanjutnya kedua larutan dicampurkan. Pencampuran kedua larutan membuat ligahn H2O tersebut digantikan dengan NH4 dari Kristal (NH4)2(SO4). Hal tersebut dapat terjadi Karena berdasarkan deret spektrokimia. Ligan NH4 sebagai ligan kuat dapat mendesak ligan H2O yang lebih lemah, sehingga dihasilkan larutan berwarna biru. Campuran larutan kemudian dipanaskan untuk mempercepat reaksi dan pembentukan inti kristal sehingga larutan melarut sempurna. Selanjutnya dilakukan pendinginan dengan icebath bertujuan untuk mempercepat reaksi pembentukkan atau pengendapan garam (pertumbuhan kristal) Selain itu, agar garam rangkap yang terbentuk semakin solid (padat). Proses pendinginan dilakukan selama kurang lebih 60 menit hingga diperoleh Kristal yang berwarna biru muda. Adapun reaksi yang terjadi selama pembuatan garam rangkap sebagai berikut:
Kristal yang terbentuk kemudian didekantir untuk mempercepat proses penyaringan kristal dengan pompa vakum, kemudian kristal dikeringkan dengan pompa vakum untuk memisahkannya dari larutannya, kristal kemudian dikeringkan untuk menghilangkan sisa air yang terkandung pada Kristal. Kristal CuSO4(NH4)2(SO4).6H2O yang diperoleh berwarna biru dengan berat sebesar 7,84 gr dan persen rendemen sebesar 98,41% yang menunjukkkan kristal sudah murni.
Menurut Atma, (2018), Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat atau biasa disebut dengan istilah "Mohr's salt" berwarna biru pucat karena mengandung ion tembaga (II) (Cu²⁺) yang memberikan warna biru dan ion sulfat (SO₄²⁻) yang memberikan warna kuning pucat. Ketika kedua ion ini berinteraksi, warna biru dan kuning pucat akan tercampur dan memberikan warna biru pucat pada garam Mohr's salt. Warna biru pucat ini dapat digunakan sebagai indikator dalam analisis kimia, misalnya untuk menentukan kadar besi dalam sampel dengan titrasi redoks.
Gambar. Hasil Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat4.3 Pembuatan Garam Kompleks Tetraamincopper (II) Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)SO4).5H2O
Tabel 3. Hasil Pembuatan Garam Kompleks Tetraamincopper (II) Sulfat Monohidrat
Perlakuan |
Hasil |
Ditimbang 4,98 gr CuSO4.5H2O dan di larutkan dalam 10 ml aquades dalam gelas beaker 100 ml Dicampurkan larutan CuSO4.5H2O dengan larutan amonium 29% 8 ml dan diaduk hingga homogen Ditambahkan 8 ml etanol secara perlahan dan diaduk Ditutup dengan plastik wrap dan di diamkan selama 1 jam di dalam ice
bath Didekantir fitrat dari endapan Ditimbang kertas saring Disaring menggunakan pompa vakum Ditimbang kristal dan kertas saring Berat garam Dihitung % rendemen |
Larutan berwarna biru pucat dan larut Larutan homogen dan larutan berubah manjadi warna biru pekat (gelap) dan berbau amonia Terbentuk 2 fasa dan ada endapan lapisan atas berwarna biru pucat,
lapisan bawah berwarna biru gelap Terbentuk kristal berwarna biru tua (gelap) dan filtrat berwarna biru
tua (gelap) Filtrat dan endapan terpisah Berat kertas saring = 1,16 gr Endapan kering (bebas dari filtrat) Berat total 6,93 gr Berat garam : ( berat total - berat kertas saring) = 5,77 gr |
Pada percobaan ini garam kompleks yang akan dibuat yaitu (Cu(NH3)SO4).5H2O. Pembuatan garam kompleks diawali dengan mengencerkan NH3 pekat dengan akuades. Pengenceran dengan akuades berfungsi sebagai pengompleks Cu2+ pada saat penambahan CuSO4.5H2O yang kemudian ligan H2O diganti dengan oleh NH3 yang merupakan ligan kuat yang dapat mendorong H2O sehingga warnanya berubah menjadi biru tua. Kemudian, diberi penambahan etanol dalam larutan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penguapan pada ammonia. Penguapan harus ditahan karena apabila ammonia menguap, maka ligan akan habis sehingga kristal garam kompleks yang terventuk tidak banyak. Selain itu juga bertujuan untuk mengikat molekul air agar tidak menggangu proses pengendapan.
Selanjutnya
larutan yang terbentuk ditutup dengan aluminium foil dan kemudian dimasukkan ke
dalam waterbath Selama 1 jam. Penutupan bertujuan untuk menghindari kontak
langsung dengan udara serta agar air zat pengotor tidak masuk ke dalam
waterbath, sedangkan pendiaman di dalam waterbath bertujuan agar kristal yang terbentuk
lebih banyak, dimana pada suhu yang dingin (rendah) kondisi supersaturasi
tercapai sehingga kristal terbentuk. Lamanya waktu pendiaman dalam waterbath
juga dapat mempengaruhi proses pembentukan kristal. Semakin lama waktu
pendiaman, makan kristal yang terbentuk juga semakin banyak yang dipengaruhi
oleh temperatur. Kristal yang terbentuk kemudian direkristalisasi dengan etil
alkohol yang dapat membantu menghilangkan ekses asam sulfat yang masih tersisa
di dalam kristal setelah pembentukan garam kompleks. Proses direkristalisasi
juga dapat membantu memperbaiki kristal yang mungkin rusak atau terbentuk
secara tidak sempurna selama proses pembuatan, sehingga meningkatkan kemampuan
garam kompleks untuk digunakan dalam berbagai aplikasi dan mempercepat
pengeringan karna sifatnya yang mudah menguap. Setelah itu, kristal disaring
untuk memisahkan kristal dari larutannya menggunakan pompa vakum. Kristal yang
diperoleh berwarna biru dan selanjutnya dikeringkan untuk menghilangkan
sisa-sisa air yang masih tertinggal sehingga diperoleh kristal garam kompleks
yang benar-benar murni. Massa garam kompleks yang diperoleh dari hasil
percobaan yaitu sebesar 5,77 g.
Massa garam kompleks yang diperoleh dari percobaaan menunjukkan massa yang lebih besar dibandingkan dengan massa teori garam komplek yaitu 4,913 g. Rendemen yang diperoleh sebesar 117, 395% dimana hasil melewati dari 100%, hal ini mungkin disebabkan oleh waktu lama nya proses Kristalisasi. Adapun reaksi yang terjadi saat pembuatan kompleks yaitu sebagai berikut:
Garam kompleks tetraamincopper (II) sulfat monohidrat berwarna biru tua karena adanya ion tembaga (Cu2+) dalam kompleks tersebut. Ion tembaga (Cu2+) memiliki sifat yang menyerap cahaya pada daerah spektrum visible yang terletak pada panjang gelombang sekitar 600-800 nm, yaitu pada warna biru. Oleh karena itu, ketika cahaya visible melewati kristal garam kompleks tersebut, sebagian besar warna biru diserap oleh ion tembaga (Cu2+) dalam kompleks sehingga cahaya yang dipantulkan oleh kristal menjadi biru tua (Sultana dan Sarma, 2020).
Selain itu, warna biru tua pada garam kompleks tetraamincopper (II) sulfat monohidrat juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan kristal pada molekul kompleks tersebut. Ion tembaga (Cu2+) dalam kompleks tersebut terbungkus oleh ion sulfat dan molekul air yang membentuk lingkungan kristal. Interaksi antara molekul kompleks tersebut dengan lingkungan kristal menyebabkan terjadinya pergeseran warna biru pada kompleks, sehingga warna biru yang dihasilkan lebih tua dibandingkan dengan warna biru pada ion tembaga (Cu2+) bebas.
Gambar. Hasil garam (Cu(NH3)SO4).5H2O
4.4 Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap Dan Garam Kompleks
Tabel 4. Hasil Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap Dan Garam Kompleks
Perlakuan |
Hasil |
Di timbang kristal kupri sulfat anhidrat di masukkan ke dalam tabung
reaksi dan di tambahkan ke 3ml aquades (dilarutkan) Ditambahkan 5ml NH3OH 3M tetes pertetes |
Kristal larut dan larutan berwarna biru pucat Terbentuk 2 fasa Lapisan atas: warna biru tua Lapisan tengah: warna biru muda Lapisan bawah: warna biru pucat Terbentuk endapan berwarna biru pucat |
Hasil garam percobaan A (tawas) di masukkan dalam tabung reaksi dan di
larutkan dalam 5ml aquades Diamati perubahan Hasil garam percobaan B dimasukkan dalam tabung reaksi dan dilarutkan
dalam 5ml aquades Diamati perubahan |
Larutan A : larutan tak berwarna, lebih lama larut Larutan B: larutan berwarna biru pucat, sangat cepat larut |
Hasil garam percobaan B dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
dipanaskan Diamati perubahan Hasil garam percobaan C dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
dipanaskan Diamati perubahan |
Garam B : Endapan dari berwarna biru pucat menjadi hijau muda, Timbul gas berwarna hijau kebiruan, Bau menyengat ( gas)
Garam C : Endapan dari warna biru tua menjadi hijau - hitam, Timbul gas berwarna kuning dan Bau menyengat (gas) |
Pada percobaan ini, dilakukan tiga percobaan yang pertama yaitu mereaksikan kristal CuSO4 dengan akuades yang menghasilkan larutan berwarna biru tua. CuSO4 bertindak sebagai penyedia atom pusat dan H2O merupakan penyedia ligan. Kemudian dalam larutan ditambahkan NH4OH yang juga bertindak sebagai penyedia ligan sehingga larutan berubah menjadi biru gelap yang pekat. Perubahan warna terjadi akibat adanya pergantian ligan H2O menjadi NH3. Terbentuk 3 lapisan yaitu lapisan atas berwarna biru tua yang menandakan Garam Kompleks Tetraamincopper (II) Sulfat Monohidrat sedangkan warna biru muda yaitu Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Gambar 4. Perbandingan 1
Percobaan kedua yaitu mereaksikan hasil dari pembuatan tawas dan garam rangkap dengan akuades. AlK2(SO4)2.12H2O direaksikan dengan akuades akan menghasilkan larutan tak berwarna. Hal ini karena alum kalium (tawas) akan terurai menjadi ion-ion penyusunnya. Sedangkan pada saat CuSO4(NH3)2.6H2O direaksikan dengan air akan menghasilkan warna larutan biru muda. Hal ini karena garam rangkap terurai menjadi ion-ion komponennya. Kecepatan melarut diantaara dua garam tersebut yaitu garam CuSO4(NH3)2.6H2O lebih cepat larut dibandingkan garam tawas. Hal ini disebabkan karena garam tawas memiliki struktur kristal yang lebih kompleks dan terdiri dari ion-aluminium, kalium, sulfat, dan molekul air. Ketika garam tawas dilarutkan dalam air, ikatan kristal ini harus terlebih dahulu dipecah dan ion-ion hidrat yang terbentuk membutuhkan waktu lebih lama untuk bergerak bebas di dalam larutan. Sementara itu, garam tembaga amonia sulfat hexahidrat memiliki struktur kristal yang lebih sederhana dan terdiri dari ion tembaga, sulfat, amonia, dan molekul air. Ikatan kristal dalam garam ini lebih mudah pecah dan ion-ion hidrat yang terbentuk dapat lebih mudah bergerak bebas di dalam larutan. Adapun reaksinya sebagai berikut :
Pada percobaan ketiga yaitu dilakukan perlakuan pemanasan untuk hasil dari garam rangkap dan garam kompleks. Ketika garam rangkap dipanaskan akan melepaskan uap H2O yang menimbulkan bau berupa gas amonia. Garam kupri ammonium sulfat (Cu(NH4)2(SO4)2) mengeluarkan gas berwarna kebiruan saat dipanaskan karena terjadinya reaksi dekomposisi pada garam tersebut. Saat dipanaskan, garam ini mengalami reaksi dekomposisi menjadi beberapa senyawa, di antaranya adalah amonia (NH3), sulfur dioksida (SO2), dan gas nitrogen dioksida (NO2). Sedangkan saat garam kompleks dipanaskan, ion amonium (NH4+) pada kristal garam kompleks tersebut terurai menjadi amonia (NH3) dan gas nitrogen (N2). Selain itu, ion sulfat (SO42-) pada garam kompleks juga terurai menjadi sulfur trioksida (SO3) dan gas sulfur dioksida (SO2). Namun, yang menyebabkan gas berwarna kekuningan muncul adalah reaksi antara gas amonia dengan gas sulfur dioksida yang membentuk gas nitrogen dioksida (NO2) berwarna kekuningan. Reaksi dekomposisi kompleks ini terjadi karena suhu yang tinggi memicu molekul-molekul air pada kristal garam kompleks tersebut terlepas dan mengganggu ikatan kompleks antara ion tembaga (Cu2+) dan ligan amonia (NH3). Saat ikatan kompleks terganggu, ion tembaga dan ligan amonia akan terlepas, dan ion sulfat dan ion amonium juga terurai menjadi gas-gas tersebut. Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Atma, Y. 2018. Prinsip Analisis Komponen Pangan Makro dan Mikro Nutrien.
Yogyakarta : Deepublish.
Aljibulu, K.E., A.E.
Okoronkwo, J.B. Owdabi dan V.O. Oyetayo. 2022. "Synthesis, Characterization
and Biological Studies of Some Metal (II) Complexes of Tridentate Ligand
Derived from Ethylenediamine, Nitrobenzaldehyde and Amino Benzopenone". Internasional Journal of Chemistry. Vol.
1(1): 1-12.
Febrina, L . Dan A. Zilda.
2019. "Efektifitas Tawas Dari Minuman Kaleng Bekas Sebagai Koagulan Untuk
Penjernih Air". Sustainable
Environmental and Optimizing Industry Journal. Vol. 1 (1) : 71-79.
Harefa, N. 2019. Buku Penuntun Praktikum Kimia Anorganik II.
Jakarta: UKI Press.
Li, B., Y. Wei, H. Wang dan
Y. Yin. 2019. "Preparation of ZnSO4.7H2O and Separation of Zinc From Blast
Furnance Sludge by Leaching-PurificationCrystallization Method". ISIJ Internasional. Vol. 59(1): 201-207.
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata
I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC.
Sultana, J. Dan D. Sarma.
2020. "Tetraamminecopper (II) Sulfate Monohydrate in Oxidative
Azide-olefin Cyclo-addition and Three-component Click Reaction." Current Organic Synthesis. Vol. 17 (1) :
65-72.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar